Jakarta, CNN Indonesia —
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang buka suara soal kondisi Pantai Teluk Labuan yang kembali dipenuhi sampah usai belum lama dibersihkan warga dan Pandawara Group.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pandeglang Winarno mengatakan sampah tersebut merupakan kiriman dari para wisatawan dan sampah rumah tangga.
“Mungkin karena banyaknya tamu, kan itu harus diimbangi dengan penambahan petugas kebersihan pantai harusnya diimbangi,” kata Winarno, saat dimintai konfirmasi, melansir detik, Selasa (23/4).
Winarno menyayangkan para wisatawan yang berkunjung ke Pandeglang minim kesadaran soal kebersihan sampah. Hal itu diperparah dengan pengelola wisata, baik hotel, restoran, maupun pantai, minim menyediakan tempat sampah dan tidak ada penambahan petugas kebersihan.
“Kalau kita lihat di tempat wisata lain menyediakan tempat sampah lebih banyak. Kayak di Gunung Bromo mereka membawa kresek sendiri, berangkat pulang bawa kresek itu sampahnya,” katanya.
Winarno mengaku, pada bulan lalu, Dinas Lingkungan Hidup Pandeglang dengan seluruh elemen masyarakat melakukan pembersihan sampah di Pantai Teluk. Meskipun, menurutnya, DLH tidak punya tugas dalam membersihkan Pantai Teluk dari sampah.
“Tugas pokoknya kami mengangkut sampah yang sudah ada di bak sampah, dibawa ke TPA, itu tugas pokok kami, bukan menyapu, mengambil di sungai di pantai, kalau itu untuk aksi-aksi mah bisa lah,” katanya.
Ia mengajak wisatawan dan masyarakat untuk menjaga lingkungan. Sebab, menurutnya, menjaga lingkungan merupakan tugas bersama.
“Kita menanamkan kesadaran kepada mereka dari sekolah, minimal buang sampah pada tempatnya. Kebiasaan dari diri sendiri dulu sebetulnya, karena kita tidak bisa menyalahkan alam, kiriman sungai tidak bisa, kebiasaan aja lah tingkatkan budaya bersih,” katanya.
Sebelumnya, Pantai Teluk kembali dipenuhi sampah. Pantai ini sempat dibersihkan oleh warga bersama Pandawara Group pada 2023.
“Kemarin sudah dibersihkan sampah yang berada di pesisir, pada musim penghujan dan angin, akan ada lagi sampah di pesisir Teluk itu sendiri,” kata Ketua Komunitas Rehabilitasi, M Adroni, kepada wartawan, Selasa (22/4).
Dia mengatakan masalah sampah di Pantai Teluk ini telah jadi bahasan sejak 2017. Dia mengatakan ada beberapa masalah yang memicu sampah kembali menumpuk di pantai.
Dia mengatakan sampah itu berasal dari sungai yang kemudian masuk ke laut. Dia menyebutkan ada sekitar empat desa yang berada di aliran sungai yang mengarah ke Pantai Teluk.
“Perlu adanya reformasi manajemen sampah, tak lagi menggunakan pendekatan biasa, mesti adanya upaya serius yang terintegrasi dengan semua pihak. Misalnya, pencemaran yang melalui daerah aliran sungai (DAS). Ada yang namanya Badan Kerja Sama Antar-Desa (BKAD) ini perlu dibentuk dan didorong untuk mengawal Sungai Cipunten Agung,” katanya.
(pua/pua)